Cluster-Cluster Baru 2010
Banyak developer masih berkonsentrasi menghabiskan stok lama setelah mengalami kelesuan sepanjang 2006.
Memasuki 2007 nyaris belum terdengar developer membuka proyek perumahan baru. Yang mulai nyaring adalah peluncuran cluster baru meskipun tidak sebanyak dua tiga tahun lalu. Kecenderungan itu tidak hanya terjadi di Jabodetabek, tapi juga di kota-kota lain seperti Bandung , Semarang , Surabaya , Samarinda, dan Balikpapan .
Di Jabodetabek yang terbanyak melansir cluster baru adalah developer yang mengembangkan perumahan berskala luas. Cluster baru itu disesuaikan dengan potensi pasar masing-masing. Developer BSD City (6.000 ha) dan Paramount Lake (333 ha), Grand Orchard di Kelapa Gading, BGM dan Grisenda di Pantai Indah Kapuk.
Sementara Kota Wisata (750 ha) dan CitraGran (300 ha) di Cibubur-Bogor, dan Grand Wisata (1.100 ha) di Bekasi Timur, memasarkan rumah menengah Rp200 jutaan. Sedangkan Citra Indah (600 ha) di Cileungsi-Bogor, dan Puri Jaya di Pasar Kemis-Tangerang, karena lokasi yang lebih jauh dari Jakarta , membuka cluster baru rumah menengah bawah.
Di Semarang dari empat developer yang membuka cluster baru, tiga untuk rumah mungil seharga Rp100 jutaan. Pun di Sidoarjo, beberapa developer mengembangkan cluster rumah mungil, bagai bumi dan langit dengan di Surabaya yang cluster barunya rata-rata untuk rumah di atas Rp500 juta. Begitu pula di Balikpapan dan Samarinda, penawaran cluster baru didominasi rumah-rumah Rp300 juta ke atas.
Strategi nisnis
Kecenderungan developer mengembangkan perumahan dengan sistem cluster, menurut arsitek M Ridwan Kamil, adalah upaya memadukan strategi bisnis dengan kebutuhan konsumen terhadap hunian yang lebih privat. Dengan sistem cluster, perumahan yang luas dapat dikembangkan secara bertahap. Setiap tahap dibuat dalam satu atau beberapa kelompok yang dinamai cluster.
Dari sisi marketing jelas lebih menarik dibanding hunian dengan sistem terbuka (blok). Pasalnya, di setiap cluster diterapkan pola keamanan satu pintu yang membuat keamanan dan privasi penghuni lebih terjamin. Bahkan, untuk menyakinkan konsumen sebagian developer memagari sekeliling cluster dengan tembok tinggi. Sangat eksklusif dan terpisah dengan lingkungan sekitarnya.
“Itu juga terjadi di luar negeri. Selain disukai, masyarakatnya memang lebih individualistis. Tapi, kita yang memiliki adat ketimuran tidak harus menirunya,” katanya. Bila developer ingin mengembangkan hunian yang terpisah dengan komunitas lain, lanjutnya, bisa melakukannya dengan desain lansekap sebagai ruang transisi agar tetap memberi kesan berbaur dengan komunitas sekitar. “Saya sedang membuat proyek semacam itu,” ujar Ridwan.
Liputan utama ini baru gambaran awal geliat developer pada awal tahun. Boleh jadi selepas Februari atau Maret, penawaran cluster baru makin marak, karena bunga KPR sudah berada di level 12,5-13,5 persen, cukup kondusif untuk membeli rumah. “Sekarang mungkin banyak developer masih berkonsentrasi menghabiskan stok 2006. Tahun lalu pasar kan lesu. Jadi, stok masih banyak,” kata Endang Sutrisna, Product Division Head GM Lippo Cikarang, Bekasi.